Konon, 64 tahun yang lalu engkau dilahirkan.
Kota Solo, Jawa Tengah adalah tanah kelahiranmu.
Namun engkau banyak menghabiskan masa remaja di Lintau, Sumatera Barat bersama Kakek.
Selanjutnya engkau coba mengais rejeki di Pekanbaru, sebagai buruh perusahaan raksasa milik Amerika Serikat, CALTEX.
Engkau ceritakan padaku bahwa pada saat itu engkau juga dikenal sebagai penghibur para buruh dan petinggi di perusahaan tersebut.
Dari pagi hingga sore bekerja normal dengan bidangnya sebagai seorang mekanik dan malamnya engkau beraksi diatas panggung di sebuah pup milik perusahaan tersebut.
Bernyanyi dan bermain gitar bersama teman-teman satu bandnya, The Pecis.
Ya, Ayahku memang seorang seniman.
Mungkin lebih tepatnya adalah Musisi. Kerena kelanjutan dari kisah perjalanan karirnya, ayahku lebih banyak menghabiskan waktunya di bidang musik.
Bahkan aku pun dibesarkan dan dinafkahi dari penghasilannya sebagai seorang musisi.
Ayahku bernama Chairul Rachman. Dalam dunia musik ayahku lebih dikenal dengan sebutan Chilung Ramali.
Mohon Anda tengok sampul album Iwan Fals, Anda bisa temukan nama ayahku dalam lirik lagu 'Sunatan Masal', 'Sugali', 'Sapumu Sapuku Sapu-sapu'.
Itu hanya beberapa dari karya ayahku.
Anda juga bisa temukan nama ayahku di beberapa sampul album para penyanyi Minang.
Ayah ikut serta dan berperan aktif dalam organisasi para musisi, seperti PAPPRI, KCI, dll.
Dirumah, fotonya bersama mantan presiden RI Megawati Soekarno Putri, masih gagah terpajang di ruang tamu.
Foto itu diambil pada saat menghadiri peresmian Hari Musik Nasional di istana negara.
Aku bangga memiliki ayah yang cukup punya arti dalam perkembangan musik tanah air.
Sekarang, semua kebanggaan itu hanya tinggal kenangan.
Ayahku telah tiada di usianya yang ke 61 tahun. Setelah hampir 1 tahun menderita sakit yang parah.
Jika seandainya hari ini Ayah masih hidup, aku ingin sekali mengucapkan kalimat yang tak pernah kuucapkan:
"Selamat Ulang Tahun Ayah, semoga Allah senantiasa memberkatimu."
Maafkan aku Ayah. Aku memang tak pernah mengucapkan kata-kata itu. Bukan lantaran -seingatku- engkau pun demikian padaku.
Tapi karena satu hal yang memang tak jelas apa maksudnya, hingga kini.
Bagiku, doa-doa atas keselamatan dan keberkahan mudah-mudahan akan senantiasa menyertai hari-harimu.
Ayah, semoga engkau tenang di alam sana. Tak ada yang menyakitimu.
Semoga bahagia. Semoga sejahtera. Semoga damai sentosa. Semoga..
Cucu, Anak dan Menantu di Makam Ayah. |
"Ayah hanya untuk Anda, Papa yang selalu kuucap."
0 komentar:
Posting Komentar
Kebanggaan tersendiri atas komentar yang Anda berikan :-)